:Haya Aliya Zaki, Shinta Ries, & Ani Berta
Tahukah kalian bahwa selama beberapa tahun terakhir saya sudah berhenti percaya kepada orang-orang? Saya berhenti menggantungkan harapan maupun mimpi kepada bahu dan rengkuhan tangan orang lain. Sebab tak ada seorang pun yang sanggup tinggal terlalu lama. Sebab di ujung setiap kisah, sayalah yang pada akhirnya menjadi perempuan yang ditinggalkan di ambang pintu, memandang punggung-punggung yang terus berlalu. Punggung yang tengah melaju pergi. Punggung yang tak pernah kembali.
Tapi ketika bertemu kalian bertiga, saya kembali diajarkan menjadi padi, menjadi api. Saya belajar bahwa hidup dan proses berkarya bukan hanya tentang diri saya sendiri, melainkan juga tentang bagaimana kita masih sanggup berbagi dan tetap rendah hati. Saya belajar bahwa menulis bukan hanya tentang kemampuan teknis, riset, dan mengolah ide-ide unik, tapi jauh lebih dalam daripada itu: menulis dengan hati.
Tahukah kalian bahwa selama beberapa tahun terakhir saya sudah bertekad untuk berdiri di atas kaki saya sendiri? Saya sudah bertekad untuk tidak lagi bergabung dengan berbagai macam komunitas jika pada akhirnya saya hanya dikhianati. Saya lelah ketika kehidupan pribadi saya menjadi cibiran, menjadi alasan bagi teman-teman di komunitas untuk menjatuhkan saya. Saya lelah ketika prestasi kepenulisan saya dijadikan alasan bagi mereka untuk merasa berjasa. Padahal, tak ada satu orang pun yang benar-benar membantu kecuali menikam-nikam punggung saya di belakang.
Saya lelah …
Namun, setiap orang akan selalu bertemu dengan titik baliknya. Barangkali Sabtu, 5 September 2015 itu adalah titik balik saya. Saya mulai percaya bahwa berkomunitas bukan hanya bergerombol dalam kelompok tanpa melakukan sesuatu yang produktif. Saya mulai percaya bahwa dalam berkarya, kita membutuhkan teman-teman yang memiliki semangat serupa agar dapat meraih mimpi bersama-sama. Saya mulai percaya bahwa prestasi di bidang kepenulisan tak bisa saya usahakan sendiri, melainkan membutuhkan letupan-letupan api.
Maka kalian bertiga menjadi punggung-punggung yang tengah berjalan di depan. Punggung-punggung yang saya jadikan panduan.
Rasanya memang dibutuhkan jutaan langkah agar saya bisa sampai kepada titik kalian hari ini. Tapi jangan khawatir, kegigihan saya sudah terasah oleh waktu dan pengalaman. 🙂
Kerahkan segala daya dan upaya, insya Allah bisa.
Dikau udah punya modal (keterampilan) banyak buat terus maju. Jangan sia siakan.
-Haya Aliya Zaki
Teh Ani ingat komentar-komentar kita di postingan Teteh tempo hari? Saya ingat dan serius ketika mengatakan saya akan mengikuti jejak kemenangan di lomba-lomba blog itu. Teteh menjadi punggung yang memandu saya untuk terus berprestasi, menjadi punggung yang mengingatkan saya bahwa saya bisa hidup dari hasil menulis.
Saya akan mempersembahkan setiap kemenangan di berbagai lomba blog yang saya ikuti untuk Teteh. Semoga kelak, jika saya sudah menjadi penulis dan blogger berprestasi, Teteh bisa menepuk dada dan berkata dengan bangga, “Sayalah salah satu penyulut tungku api perempuan penulis satu ini.”
Jika saya diminta untuk memberikan pesan dan kesan tentang Fun Blogging, saya hanya punya satu kata: terima kasih.
~eL
Senang mengenalmu dan tahu kita satu komunitas sekarang di Fun Blogging 🙂
Teh, workshop fun blogging itu workshop kepenulisan pertama yg aku ikutin loh, if you know that..dan aku jatuh cinta terus menerus ke komunitas ini 🙂
Hmm luar biasa ya soul dan powernya trio cikgus bagi para peserta fun blogging.
And I am lucky to have the similar opportunity to know them…
Komunitas tmpt sy yg bukan blogger apa2 bs ikut belajar
Wah, jadi pengen banget ikutan fun blogging 🙂
Sayangnya fun blogging belum sampe semarang 🙁