Cara Paling Baik Saat Menolak Tawaran Sponsored Post

22 June 2020 Blogging 6 minutes
Cara menolak tawaran sponsored post
Foto: Benzoix/Freepik

Tidak semua tawaran sponsored post bisa kita terima. Kadang, kita terpaksa menolak dan merelakannya bahagia meski bersama yang lain. Memang, pamali ceunah kalau menolak rezeki. Tapi seperti kata pepatah, mencintai tak harus memiliki. (Ieu rek ngomongkeun naon sih sabenerna?)

Terus terang, selama nyaris 5 tahun jadi blogger serius (baca: monetisasi blog), sedikit banyak saya tahu betul bagaimana ripuhna “ngasih makan” blog ini. Bayar hosting, beli plugin, bayar tagihan Indihome , dan lain sebagainya. Menolak sponsored post kedengaran seperti ide yang utopis. Di satu sisi saya ingin mempertahankan idealisme yang dibangun selama bertahun-tahun yaitu BERMANFAAT BAGI PEMBACA, di sisi lain saya juga harus realistis bahwa bayar hosting dan domain itu pakai uang, bukan pakai kasih sayang.

Namun, memanfaatkan kesempatan dan SERAKAH itu tipis jaraknya. Maka, ada hal-hal yang mesti kita relakan. So, kali ini kita ngobrol-ngobrol tentang alasan menolak sponsored post dan cara paling baik untuk melakukannya.


Alasan Menolak Sponsored Post

Alasan menolak sponsored post

Setiap blogger memiliki kebijakan sendiri-sendiri dalam memperlakukan blognya. Alasan saya saat menolak sponsored post belum tentu sama dengan alasan Anda.

1.Tidak Ada Konten Organik

Saya pernah menulis tentang tip menulis sponsored post agar tetap memberikan manfaat bagi pembaca sekaligus dapur kita tetap terjaga. Salah satunya dengan membuat jadwal selang-seling antara konten sponsored post dan konten organik. Tidak melulu advertorial atau tidak melulu konten organik.

Coba tebak, saya yang ngasih tip, saya sendiri yang mengkhianatinya. Tahun lalu saya pernah sampai pada masa ketika semua konten di blog ini 70% sponsored post dan lomba, 30% konten organik. Kumerasa hinaaa. Hiks.

Itu sebabnya kenapa tahun ini saya mengusahakan agar lebih banyak konten organik daripada sponsored post.

2. Tidak Sesuai Niche

Ini idelisme yang sangat suliiitttt dipegang. Kadang, ada tawaran sponsored post yang fee-nya lumayan tapi temanya jauh banget dari niche blog saya. Ada pula tawaran “titipan” semisal bantu teman atau tawaran dari PIC yang tidak mungkin saya tolak.

Saya tidak tahu mekanisme pemilihan blogger yang dilakukan oleh agensi/brand. Apakah agensi-agensi ini cuma punya kontak tanpa tahu niche blognya apa?

Setahun belakangan saya sudah konsisten dengan ini: menolak kalau tidak sesuai niche. Titik.

3. Tidak Saya Kuasai

Saya akan menolak kalau temanya tidak saya kuasai. Kalau saya memaksakan untuk menulis, nanti hasilnya malah tidak maksimal. Kan, kasihan juga brand/agensinya. Udah bayar mahal-mahal eh tulisannya tidak mendalam karena saya enggak paham.

4. Fee

Kalau fee-nya tidak sesuai dengan ratecard , biasanya saya tolak. Sombooonggg. Macem udah banyak duit ajaaa. :D

Well, sayalah yang menentukan “harga” saya berapa, bukan brand.

5. Brand Kompetitor

Misalnya begini, hari ini saya post konten sponsored post dari brand A, beberapa hari kemudian datang tawaran dari brand B yang notabene kompetitornya brand A. Produk yang dibahas sama pula. Ini jelas akan saya tolak karena berkaitan dengan kepercayaan pembaca. Kecuali kalau produknya berbeda, bisa saja diterima tapi akan dipublikasikan dalam rentang waktu yang agak jauh.

Hal yang sama berlaku juga untuk lomba blog. Bila ada lomba blog dengan tema sama, saya hanya akan ikut salah satunya. Sekali lagi, pandai mengambil kesempatan dan SERAKAH itu tipis jaraknya.

6. Ribet

Biasa terjadi kalau saya sedang banyak order desain sementara penawaran sponsored post atau event banyak term and condition-nya. Ribet lah pokoknya. Saya menolak karena khawatir tidak bisa optimal saat membuat konten.

7. Produk Tidak Sesuai

Ada beberapa produk yang tidak bisa masuk ke blog ini, juga akan otomatis ditolak jika ada tawaran campaign untuk platform lain (Twitter/IG). Produk-produk tersebut di antaranya:

  • Rokok (yang pro maupun kontra)
  • Minuman keras (apa pun jenisnya)
  • Bersifat atau mengandung perjudian
  • Investasi ndak jelas
  • Politik (I had enough with those shits)
  • MLM, meski berbasis tekno dan niche-nya cocok

Tip Menolak Sponsored Post

Tip menolak sponsored post

Meski menolak, bukan berarti membiarkan brand/agensi digantung tanpa jawaban. Bukan pula menyerah begitu saja. Ada beberapa hal yang saya lakukan ketika menolak sponsored post. Siapa tahu tip ini juga cocok buat Anda.

1. Beri Kabar

Selalu beri kabar jika kita menolak. Balas e-mail, DM, atau WA.

Halo Mbak Andin,

Terima kasih banyak atas penawarannya yang sangat menarik. Sayang sekali saya tidak berdomisili di Makassar sehingga tidak bisa me-review produk yang Anda tawarkan.

Apabila [sebut nama brand] punya cabang di kota saya, saya tentu akan dengan senang hati menerima penawaran Anda.

Salam,

Langit Amaravati

2. Nego Harga

Bila fee yang ditawarkan belum sesuai dengan tarif bawah ratecard kita, boleh kok nego harga. Ada dua cara. Pertama, tetap tawarkan harga yang sesuai ratecard, tapi dengan menambah servis yang ditawarkan.

Selamat pagi Mas Wisnu,

Terima kasih atas penawaran Anda. Saya sangat tertarik karena sesuai niche blog saya. Sayangnya, fee yang Anda tawarkan agak kurang sesuai.

Untuk sponsored post, rate saya biasanya sebesar 2 juta. Berikut detailnya sebagai bahan referensi:
1. Artikel 750-1500 kata.
2. ………………………
3. ………………………

Karena kita baru pertama kali bekerja sama, saya tambahi dengan [sebutkan bonusnya].

Demikian. Saya tunggu kabar baik dari Anda.

Salam,
Langit Amaravati

Kedua, setujui fee yang mereka tawarkan (jika memang Anda mau), tapi mengurangi servisnya. Misalnya, dengan mengurangi jumlah backlink atau share atau apalah. Contoh:

Selamat pagi Mas Wisnu,

Terima kasih atas penawaran Anda. Saya sangat tertarik karena sesuai niche blog saya. Sayangnya, fee yang Anda tawarkan agak kurang sesuai.

Bagaimana kalau begini, saya akan menyesuaikan bujet Anda, tapi jobdesc saya disesuaikan sebagai berikut.
1. ………………………
2. ………………………
3. ………………………

Saya tunggu kabar baik dari Anda.

Salam,
Langit Amaravati

3. Sesuaikan Niche

Misalnya, Anda seorang food blogger dan mendapatkan tawaran sponsored post dari sebuah hotel berbintang untuk staycation di tempat mereka. Menarik, bukan? Sayangnya Anda bukan travel blogger dan tidak membahas hotel karena memang tidak sesuai dengan niche blog Anda.

Jika Anda merasa penawaran itu menarik dan butuh tempat piknik, Anda bisa menawarkan penyesuaian seperti ini:

Dear Mbak Nadia,

Sebuah kehormatan bagi saya mendapatkan tawaran staycation dari hotel sekelas hotel Anda. Saya akan dengan senang hati menerimanya. Tapi Mbak, niche blog saya kan tentang makanan dan sepertinya kurang sesuai kalau membahas hotel.

Setahu saya hotel Anda memiliki restoran ABCD yang menu-menunya terkenal lezat. Bagaimana kalau saya tetap staycation tapi yang akan saya bahas adalah menu makanannya?

Semoga Mbak Nadia tidak keberatan dengan usul saya. Saya tunggu kabar baiknya.

Regards,
Langit Amaravati

4. Tawarkan Blog Lain

Kasusnya nyaris serupa dengan poin ketiga, tapi karena Anda punya blog lain yang kebetulan membahas traveling, Anda bisa menawarkan blog Anda yang satu lagi.

Dear Mbak Nadia,

Sebuah kehormatan bagi saya mendapatkan tawaran staycation dari hotel sekelas hotel Anda. Saya akan dengan senang hati menerimanya. Tapi Mbak, niche blog saya foodblogger.com kan niche-nya tentang makanan dan sepertinya kurang sesuai kalau membahas hotel.

Kebetulan saya punya blog lain dengan niche yang sesuai, blognya travelblogger.com. Demografi audiens-nya pun tentu lebih cocok dengan hotel Anda. Bagaimana kalau artikel dipublikasikan di blog saya yang ini saja?

Semoga Mbak Nadia tidak keberatan dengan usul saya. Saya tunggu kabar baiknya.

Regards,
Langit Amaravati

5. Rekomendasikan Blogger Lain

Ini biasa saya lakukan kalau tawaran datang dari brand/agensi yang PIC-nya saya kenal. Jika tawarannya tidak sesuai entah karena fee, niche, atau karena saya sedang terlalu sibuk, saya akan merekomendasikan blogger lain.

So, itu yang di blognya belum mencantumkan kontak, plis atuhlah tambahkan. Siapa tahu saya mau oper-ope job, nih. *macem betul aja


Demikian tips-tips ngeblog kali ini, semoga bermanfaat. Intinya, meskipun tidak bisa bekerja sama, hubungan baik dengan brand, agensi, dan sesama blogger yang sering ngasih job tetap harus dijaga. Dalam menjaga hubungan baik, kuncinya hanya satu: komunikasi.

Pada prinsipnya, menolak tak melulu bilang tidak. Kalau masih bisa dinego sampai jadi ya kenapa tidak? Yang penting kita sudah berjuang, biarlah hasil akhir berupa jodoh rezeki diatur oleh Tuhan.

Salam,
~eL

T A G S:
Langit Amaravati

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Peminum kopi fundamentalis. Hobi mendengarkan lagu dangdut koplo dan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.

Artikel Lainnya

Komentar