9 Search Engine Selain Google Search

12 August 2022 Technology 6 minutes
Search engine selain Google Search
Foto: Langit Amaravati

Berbicara tentang search engine selain Google ibarat masuk ke dalam novel klasik Gulliver’s Travels, tentu saja dalam kisah ini kitalah liliput dan Google sebagai Gulliver si raksasa.

Hinga Juli 2022, Google masih memimpin sebagai search engine yang paling banyak digunakan di dunia. Angka market share-nya pun tidak main-main, 91.43%! Diikuti oleh Bing di peringkat kedua dengan market share 3.3%. Selisih ke peringkat keduanya saja ibarat aku dan kamu langit dan bumi, jauuuhhh!

Search Engine Market Share Worldwide - July 2022

# Search Engine Market Share
1 Google Search 91.43%
2 Bing 3.3%
3 Yandex Search 1.49%
4 Yahoo! 1.33%
5 Baidu 0.91%
6 DuckDuckGo 0.7%
Sumber: StatCounter

Terlepas dari angka-angka tersebut, tidak menyurutkan fakta bahwa meskipun tetap raksasa, Google bukanlah satu-satunya search engine di dunia. Jadi, untuk Anda yang sedang mencari alternatif dari Google Search, saya sudah buatkan daftarnya.


Di artikel ini, kita tidak akan berbicara tentang algoritma dan optimasi SEO mendalam untuk tiap-tiap mesin pencari, itu akan kita bahas di artikel lain. Kali ini, kita ngobrol yang ringan-ringan saja lah.

Oh ya, tidak semua search engine punya browser sendiri , begitu juga tidak semua browser punya mesin pencari sendiri.

1. Microsoft Bing

  • Browser: Edge
Bing Search

Di kancah search engine, Bing menduduki peringkat kedua di dunia dengan market share 3,3%. Meskipun angka penggunanya kecil, tetapi mesin pencari besutan Microsoft ini menjadi “kiblat” mesin-mesin pencari lain, sebut saja DuckDuckGo dan Yahoo!. Kiblat di sini maksudnya mesin pencari lain mengambil data untuk hasil pencarian mereka dari Bing.

Pertama kali diluncurkan pada Juni 2009 silam, Bing bukanlah mesin pencari pertama yang dibuat oleh Microsoft. Sebelumnya, perusahaan teknologi raksasa ini sempat memiliki mesin pencari lain: Live Search, Windows Live Search, dan MSN Search.

Sama seperti Google Search, Bing juga punya webmaster tool sendiri sehingga kita para bloger atau pemilik website bisa memantau performa web kita di hasil pencarian Bing.

2. Baidu

  • Browser: Baidu Browser
Baidu

Jika Google LLC adalah Gulliver si raksasa, maka China adalah si naga tua.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa China adalah satu dari sedikit negara yang berani memblokir Google. Perseteruan antara pemerintah China dan Google memanas di tahun 2010 hingga Google memutuskan hengkang dari sana. Sebagai balasan, pemerintah China memblokir Google dan produk-produknya, termasuk Google Search dan Youtube.

Di sinilah Baidu memainkan peranan.

Baidu sendiri sudah berdiri sejak tahun 2000, jauh sebelum Google diblokir. Tetapi sejak tahun 2010, angka penggunanya meningkat pesat hingga menjadi mesin pencari nomor 1 di China dengan market share 70.48%.

3. Yandex

  • Browser: Yandex Browser
Yandex Search

Search engine asal Russia. Tidak seperti China yang punya love-hate relationship dengan Google, hubungan Russia dan raksasa Gulliver bisa dibilang cukup harmonis (atau perang dingin?). Tidak, Google tidak diblokir di Russia, tetapi mereka lebih memilih karya “anak bangsa” sebagai mesin pencari.

Di Russia dan sekitarnya, Yandex Search berada di peringkat pertama dengan market share 60,98% (Statista) dan 47,15% (statcounter).

Diluncurkan pada tahun 1997, tahun yang sama dengan peluncuran Google Search, Yandex juga punya crawler, indexing, dan webmaster tool sendiri.

4. DuckDuckGo

  • Browser: DuckDuckGo Browser
DuckDuckGo

“Google tracks you. We don’t.”

Kalimat itu dipasang di sebuah billboard di San Fransisco, markas besar Google. Disusul dengan billboard-billboard lain yang mengirimkan pesan serupa, dipasang di beberapa kota di Amerika dan Eropa.

DuckDuckGo, si liliput yang secara terang-terangan menantang raksasa Google.

Berdiri pada tahun 2008, DuckDuckGo merupakan salah satu generasi awal mesin pencari yang mengedepankan privasi para penggunanya. DuckDuckGo punya crawler sendiri (DuckDuckBot), tetapi untuk beberapa jenis pencarian, metode pengindeksan mereka tetap mengambil data dari web directory lain, misalnya dari Bing.

5. Startpage

  • Browser: -
Startpage

Seperti halnya DuckDuckGo, Startpage menyebut dirinya sebagai search engine yang aman dan privat. Bedanya, DuckDuckGo punya crawler sendiri dan ngambil data dari Bing, Startpage ngambil data SELURUHNYA dari …. GOOGLE SEARCH! Dengan kata lain, mereka tidak punya crawler dan indexing sendiri.

Bisa dibilang, Startpage adalah Google Search versi proxy atau VPN. Cocok digunakan untuk Anda yang ingin mendapatkan benefit berupa hasil pencarian menyeluruh seperti milik Google, tetapi privasi Anda tetap terjaga.

  • Browser: -
Yahoo! Search

Yahoo! punya sejarah panjang yang complicated. Dengan Google, dengan Bing dan Microsoft, dengan Mozilla, dengan kita semua!

Pada dasarnya, Yahoo! bukanlah mesin pencari, bukan pula browser. Yahoo! “hanya” website yang scrapping search result dari mesin pencari betulan yang bersedia bekerja sama dengannya. Mula-mula Yahoo! ditenagai Inktomi, lalu AltaVista, lalu Bing, pindah ke Google, balik ke Bing lagi. Teuing ah pusying.

Walaupun sejarahnya rumit dan perusahaanya problematis, Yahoo! pernah merajai pasar pada tahun 1990-an. Di Indonesia sendiri, hingga tahun 2022 Yahoo! masih menduduki peringkat ketiga dengan market share 0.73%, yang pertama tentu saja Google, peringkat kedua dipegang Bing.

  • Browser: Brave Browser
Brave Search

Setelah cukup sukses dengan Brave Browser, tahun 2021 Brave meluncurkan search engine sendiri (beta version) dan resmi menjadi versi stabil di tahun 2022 ini.

Brave menyebut dirinya sebagai search engine yang independen, netral, dan privat. By default, jika menggunakan Brave Search, kita seperti menggunakan Incognito Mode + VPN. Independen di sini artinya Brave menggunakan crawler dan indexing sendiri.

Hmmm … cukup menarik. Sebuah gebrakan dari search engine yang baru seumur jagung. Ya, tidak heran, sih, jika melihat orang-orang di baliknya. Btw, Brave didirikan oleh co-founder Mozilla.

8. Ecosia

  • Browser: -
Ecosia Search

Berbeda dengan mesin-mesin pencari lain yang berjargon keamanan atau privasi, Ecosia melabeli dirinya sebagai “The search engine that plants trees”. Mereka memang memasang iklan, penghasilan dari iklan tersebut 100% digunakan untuk menanam pohon di berbagai belahan dunia.

Ecosia ditenagai oleh Bing, tetapi -konon- tidak membagi data pengguna pada para pengiklan, termasuk pada Bing sendiri.

Jumlah penggunanya memang tidak signifikan, tetapi mulai merangkak naik di negara-negara Eropa, Kanada, dan Indonesia.

9. Indonesia Search Engine (Coming Soon)

Search engine Indonesia

Tidak, saya tidak sedang mengolok-olok niat mulia Kominfo untuk membuat search engine sendiri. Sebagai web developer , meski sedikit skeptis dan khawatir, saya pribadi menyambut gembira wacana ini.

Tapi kalau harus jujur, karena pemerintah kita punya masalah besar dengan penyalahgunaan data pengguna (termasuk data penduduknya), biarlah search engine ditangani oleh orang-orang di luar “plat merah” agar tidak banyak intervensi yang tak perlu. Toh, SDM kita cukup mumpuni. *Lirik Pak Dhika dan Kang Pukis

Lagi pula, siapa tahu mesin pencari buatan Indonesia bisa membantu kita menemukan orang-orang yang dihilang-paksa atau membantu kita mencari keadilan.*eh

Aduh, takut ada tukang bakso lewat.


Dari semua daftar search engine selain Google Search yang disebutkan di atas, hasil pencarian (SERPs) dan algoritmanya memang tidak secanggih Google, terutama untuk kueri-kueri yang sulit. Beberapa bahkan tidak punya crawling dan indexing sendiri.

Walau demikian, hadirnya mesin-mesin pencari alternatif tetaplah angin segar bagi kita para pengguna.

Lalu, apakah para liliput dapat mengalahkan Google si raksasa? Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawabnya. (eL)

T A G S:
Langit Amaravati

Langit Amaravati

Web developer, graphic designer, techno blogger.

Peminum kopi fundamentalis. Hobi mendengarkan lagu dangdut koplo dan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.

Artikel Lainnya

Komentar