Apa, sih, yang dimaksud dengan WordPress theme developer? Secara sederhana, developer yang membuat theme WordPress (WP). Theme WP from scratch, ya. NGODING, bukan membuat web memakai page builder seperti Divi atau Elementor. Ini juga bukan tentang framework seperti Genesis.
Ya, saya tahu kalau theme developer berbasis framework atau page builder juga perlu bisa ngoding. Tapi kita tidak akan membahas itu sekarang.
Cerita dulu sedikit. Saya belajar membuat theme WP secara autodidak dan random. Ini bisa disebut kesalahan. Karena tidak punya pondasi kuat itulah, dalam perjalanannya saya banyak sekali menemukan kendala saat ngoding.
Artikel saya kali ini tidak akan membahas tutorial membuat theme WP, tapi jika Anda tertarik di bidang ini, ada beberapa hal yang perlu Anda kuasai sebelum benar-benar terjun bebas. Mudah-mudahan dengan begini, Anda terhindar dari kendala-kendala seperti saya dulu.
Hal-Hal yang Perlu Dikuasai oleh WordPress Theme Developer
Poin-poin yang akan saya bahas di sini bersifat mandatory atau wajib, kecuali nomor 16. Meskipun wajib, saya tidak sedang menakut-nakuti karena itu justru akan kontraproduktif. Sebaliknya, jadikan poin-poin di bawah sebagai panduan agar Anda tahu harus memulai dari mana.
1. CMS WordPress
Hal yang pertama kali perlu dikuasai tentu saja WordPress sebagai CMS. Anda tidak perlu jadi core WP developer, tentu saja. Tapi setidaknya, paham bagaimana WP bekerja.
2. PHP Native
WordPress dibangun menggunakan bahasa pemrograman PHP, begitu juga dengan theme-nya. Jadi sebelum membuat theme WP, Anda perlu paham dulu PHP native. Tahu karakter sintaksisnya, tahu apa itu array, variabel, functions, dan sebagainya. Oh, dan perlu paham relasinya dengan HTML.
PHP versi berapa? Minimal versi 7.4 lalu lanjut ke PHP 8 karena versi WP berikutnya akan memakai PHP 8.
“Kalau Laravel boleh?”
Environment-nya berbeda, tentu saja. Tapi kalau Anda sudah bisa framework, asumsi saya ya Anda sudah bisa PHP native. Di theme WP nanti kita akan lebih banyak berurusan dengan PHP native, kok.
3. Javascript
JS tuh seperti tongkat ajaib. Akan sangat membantu kalau Anda paham JS. WP core sendiri sudah pakai Jquery, jadi Anda bisa juga memanggil Jquery. Pun JS, adalah bahasa pemrograman yang perlu dikuasai bahkan sejak Anda jadi front-end developer.
4. HTML
HTML adalah basic skill yang perlu dikuasai oleh SEMUA DEVELOPER. Semantic harus sudah molotok. Jangan sampai Anda membuat header memakai tag div seperti saya dulu. :D
Selain HTML, Anda juga perlu paham tentang ARIA Landmarks agar theme yang Anda buat atau web yang memakai theme Anda bisa diakses oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas.
5. CSS Layouting
Bootstrap bukan segalanya. Untuk membuat layout tertentu, kadang kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan Bootstrap atau CSS framework lainnya. Ada beberapa elemen yang jauh lebih baik jika dieksekusi memakai CSS layouting biasa.
Pelajari flexbox, CSS grid, dan float. Anda tidak perlu hafal semua property-nya, Anda hanya perlu paham bagaimana cara kerjanya.
6. CSS dan Sass
Sama seperti HTML, CSS adalah basic skills. Rasanya mustahil bisa jadi theme developer kalau tidak paham CSS. Tidak, Anda tidak perlu hafal semua CSS property yang ratusan (atau ribuan?) itu, yang penting Anda paham prinsipnya dan cara menulis sintaksnya.
Nah, untuk Sass ini tentatif, tapi kalau mau progresif, perlu juga paham Sass karena kebanyakan theme WP pakai Sass. Ada video tentang SaaS juga di channel-nya Pak Dhika , meski tidak langsung bisa diimplementasikan saat membuat theme WP, setidaknya Anda paham prinsipnya.
7. SEO
WP theme developer harus paham SEO karena ini akan berpengaruh pada performa theme yang Anda buat. Harus tahu elemen apa saja yang memakai H1, H2, p, dsb.
Contoh: Untuk site title, kalau di home/front page, dia jadi <h1>
, di halaman lain dia jadi paragraf karena <h1>
harus judul artikel atau judul halaman.
8. Struktur File
Theme WP bisa dibuat hanya dengan 3 file:
- functions.php
- style.css
- index.php
Tapi, untuk membuat theme yang proper (((proper))), tentu saja diperlukan lebih banyak file.
9. Local Server
Untuk membuat theme WP, kita perlu web/blog berbasis WP, bukan? So, kita perlu localhost atau server lokal dan membuat blog WP dulu. Anda bisa memakai XAMPP, MAMP, Laragon, dan sebagainya. Saya pakai Laragon, btw.
10. Web Design
Idealnya, tugas developer ya ngoding doang. Tapi kalau Anda seperti saya yang tidak punya web designer sendiri, mau tidak mau harus bisa mendesain sendiri.
“Kok harus desain dulu?”
Ya mau ngoding apaan kalau kita tidak tahu tampilan seperti apa yang mau dibuat?
Untuk desain, saya cukup beruntung karena berangkat dari desain grafis. Yaaa … bisa lah pakai XD dan Figma mah. Intinya sih, desain sendiri, ngoding sendiri, masak sendiri, bobok sendiri. *eh
11. Proses
“Dari desain apakah perlu slicing dulu ke HTML baru convert ke WordPress?”
Menurut saya sih gak usah. Kalau udah ada desainnya, hajar aja langsung bikin theme WP. :D
12. Theme Security
Ini topik yang cukup advanced, setidaknya bagi saya. Saat ngoding theme, kita juga perlu memperhatikan keamanan agar theme yang kita buat tidak justru jadi backdoor yang akan membahayakan web klien kita.
Banyak sekali metode pengamanan saat ngoding. Di WP, minimal pahami validation, sanitization, dan escaping. Akan lebih bagus jika Anda paham tentang web security dan WordPress vulnerability.
13. Ngoding Rapi
Biasakan ngoding rapi. Misal, indentasi, tab, spasi, huruf besar huruf kecil. Kita perlu disiplin soal ini. Selain ada aturan tentang PHP dan CSS coding standard di WP, ngoding rapi juga memudahkan kita sebagai developer.
Rekomendasi Code Editor untuk Ngoding
Bagi para programmer dan developer, code editor atau text editor merupakan tools/software utama untuk ngoding. Namun, tool ini tak melulu digunakan …
Baca Selengkapnya14. Rajin Membaca Dokumentasi
Saya kira poin ini wajib bagi developer mana pun, begitu juga ketika membuat theme WP. Semua sumber daya untuk theme developer sudah ada di theme handbook yang dibuat oleh WP sendiri, so harus rajin baca. Oh, dan sering nongkrong di Stackoverflow.
15. Gutenberg & Classic Editor
Gutenberg atau block editor sudah menjadi post editor default. Meski masing-masing blok sudah diberi class, tapi theme developer diberi kebebasan untuk mengatur tampilannya, termasuk menambah blok, menghapus blok, atau memodifikasi fitur blok yang sudah ada. Artinya, kita perlu familiar dengan Gutenberg juga.
Selain itu, masih banyak pengguna WP yang lebih nyaman menggunakan classic editor. Jadi, seorang theme develop_er perlu mengatur tampilan untuk _classic editor juga. Kenapa? Agar jika user yang memakai theme kita menggunakan classic editor, tidak ada tampilan yang tiba-tiba aneh atau tidak sesuai.
16. Tidak Perlu Terburu-buru
Salah satu penyakit pemula adalah segala sesuatunya ingin langsung jadi duit, yaaa … seperti saya dulu. Baru bisa membuat index.php langsung open order. Tergantung seberapa cepat Anda belajar dan bekerja, membuat theme WP memerlukan waktu yang tidak sebentar. Jadi, nikmati saja prosesnya, tak perlu terburu-buru ingin dijual karena itu justru akan membuat Anda kerepotan.
Saking repotnya, saya bahkan tidak sempat membuat theme untuk blog sendiri. Sedih aku tuh. :(
Gimana? Tertarik untuk membuat theme WP sendiri atau justru ingin berkarier di bidang ini? Di artikel berikutnya, kita ngobrol-ngobrol tentang di mana Anda bisa belajar membuat theme WP.(eL)
Langit Amaravati
Web developer, graphic designer, techno blogger.
Aktivis ngoding barbar yang punya love-hate relationship dengan JavaScript. Hobi mendengarkan lagu dangdut koplo dan lagu campursari. Jika tidak sedang ngoding dan melayout buku, biasanya Langit melukis, belajar bahasa pemrograman baru, atau meracau di Twitter.